Makassar, Tribun – Sumber ledakan dahsyat yang menggemparkan warga Bone, Sinjai, Wajo, hingga Kolaka di Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (8/10) lalu, akhirnya secara resmi diungkap oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa nasional (LAPAN).
Pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Dr Thomas Djamaluddin, di Jakarta, Senin (27/10), menyebutkan, sumber ledakan adalah efek asrtonomi dari jatuhnya benda meteorit dari asteroid yang meledak di lapisan atmospher paling dasar bumi antara stratosphere (40 km dari bumi) dan troposphere (ketinggian 10 km dari permukaan bumi).
Benda meteor kecil yang kemudian diistilahkan dengan Meteor Bone ini berdiameter sekitar 10 meter persegi. Sementara meteor yang besarnya dibawah 25 meter persegi diistilahkan dengan unidentified meteorit.
“Ledakan terjadi karena tekanan atmosfer menyebabkan pelepasan energi yang cukup besar, di mana kecepatan jatuh meteorit tersebut sekitar 20,3 km per detik atau 73.080 km per jam,” kata Thomas yang melansir identifikasinya ini setelah mendapatkan konfirmasi dari 12 stasiun luar angkasa.
Analisis ledakan menunjukkan bahwa kekuatan ledakan sekitar 50 kiloton TNT (Trinitrotoluena). Sinyal ledakan tersebut juga mencapai stratosfer yang tingginya lebih dari 20 km.
Dengan kekuatan 50 kiloton, jika ledakan ini sampai ke bumi, maka efeknya kira-kira nyaris empat kali lipat dengan bom atom yang dijatuhkan tentara sekutu di dua kota strategis Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, pada tahun 1945.
Sekadar ilustrasi, bom berjuluk The Little Boy Atomic Bomb (6 Agustus 1945), seperti dilansir wikipedia, meledak dengan kekuatan energi 15 kilotons of TNT (ÿ 6.3 x 1.013 joules).
Hasil temuan LAPAN dilansir setelah mendapat konfirmasi resmi, hampir tiga pekan setelah kejadian.
Thomas yang juga dikenal sebagai ahli astronomi ini menyebutkan, dari hasil indetifikasi sistem pemantau internasional untuk larangan percobaan nuklir dari 11 stasiun pemantau di dunia lainnya, telah terdeteksi adanya ledakan besar yang berpusat di sekitar lintang 4,5 LS dan bujur 120 BT, sekitar pukul 11:00 wita pada 8 Oktober.
Namun kebanyakan asteroid yang jatuh tidak menyebabkan kerusakan di bumi kecuali diameternya mencapai lebih dari 25 meter persegi.
Menurut Thomas, berdasarkan perkiraan sebaran meteoroid-asteroid di antariksa dekat bumi, objek seperti itu punya kemungkinan jatuh di bumi setiap dua sampai 12 tahun.
Keterangan resmi LAPAN ini sekaligus menepis sejumlah spekulasi yang muncul soal pemicu ledakan yang menhebohkan. Sejumlah saksi mengaku sempat melihat benda memancarkan api dan asap di udara. Namun informasi yang beredar simpang siur, kebanyakan mengira ledakan itu merupakan ledakan pesawat jet tempur Sukhoi (Sonic Boom) yang sedang melakukan latihan dari markasnya di Skadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hassanuddin, Makassar.
Sedangkan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) IV Makassar sempat mengaku telah terjadi gempa kecil sebesar 1,9 skala Richter (SR) di permukaan di perbatasan Kabupaten Bone dan Wajo, di mana di wilayah tersebut terdapat Patahan Saddang.
Warga lainnya menyebutkan ledakan yang sempat menimbulkan getaran di darat tersebut disebabkan aksi bom ikan yang dilakukan nelayan setempat. Namun ada pula warga yang telah menduga bahwa benda tersebut adalah meteorit.
Letupan mesin jet supersonic yang membahana menciptakan suara seperti ledakan. Lalu disertai getaran akibat gelombang udara. Gelombang udara itu muncul akibat entakan tubuh dan daya dorong mesin
Misteri ledakan keras juga sempat dikaitkan dengan latihan enam pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara.
Komandan Lanud TNI AU Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan dua pesawat Sukhoi dalam latihan tersebut terbang pada ketinggian 10 sampai 30 ribu kaki di angkasa. “Tapi kecepatannya tidak sampai melebihi kecepatan suara,” katanya saat dikonfirmasi wartawan, sehari setelah kejadian.
Panik
Ledakan besar tersebut sempat membuat warga berhamburan keluar rumah dan saling bertanya-tanya tentang ledakan tersebut.
Ledakan tersebut juga menimbulkan getaran yang kian membuat warga panik. Sejumlah siswa di SMAN 4 Watampone jatuh pingsan karena suara ledakan tersebut.
Salah seorang guru setempat, Abidin, sempat memotret gumpalan asap di langit usai ledakan tersebut dengan kamera ponsel.
“Gumpalan asap itu persis di sumber ledakan karena sebelumnya terlihat percikan api yang besar,” kata Andi Hermanto, saksi mata lainnya yang sedang berada d SMAN 4 Watampone.
Tidak hanya di sekolah tersebut, para guru terpaksa memulangkan para siswa karena khawatir getaran akan menimbulkan gempa.
Kepanikan warga sangat beralasan, karena bunyi ledakan yang sangat keras beberapa kali dan terlihat kepulan asap putih membumbung di langit Bone. Dari informasi yang dihimpun, sesaat setelah terjadinya ledakan misterius tersebut warga di Desa Pallime, Kecamatan Cenrana yang berdampingan dengan laut ramai-ramai mengungsi ke desa tetangga.
Begitupun yang terjadi di daerah yang berada dipesisir pantai seperti dibeberapa kelurahan yang ada dikecamatan Tanete Riattang Timur, Kajuara, Sibulue, dan Tonra.
Sebagian saksi mata menganggap kalau ledakan itu adalah sebuah meteor yang jatuh dari langit sehingga menimbulkan ledakan yang cukup keras. “Demi Allah, saya lihat dengan mata kepala sendiri. Awalnya saya kaget karena seperti bayangan kilatan matahari di baju saya (kaos putih), ketika melihat ke atas, saya melihat seperti meteor yang diselimuti api bergerak cepat ke bawah setelah itu hilang dan timbul kepulan asap tebal,”kata Firdaus (29), warga Jl Sukawati Watampone .
Isu Meteor
Isu bahwa empat ledakan yang terjadi di Bone disebabkan oleh adanya semacam meteor lebih kuat dibandingkan dengan isu bahwa ledakan disebabkan oleh pesawat jatuh.
Pasalnya, salah seorang anggota Polres Bone yang ikut dalam pencarian sumber ledakan karena diduga ada pesawat jatuh mendapatkan pesan singkat atau SMS dari kerabatnya di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Seorang bocah berusia 10 tahun, putra anggota Polres Bone bernama Briptu Agus, juga menelpon ayahnya karena takut melihat api di langit.
Wartawan yang saat itu sedang meliput di Bone, mendapatkan informasi dari Briptu Agus, bahwa anaknya menelepon sambil menangis karena ketakutan melihat api dan ledakan dari langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar